PROCESS MODELLING

Pengertian Process Modelling

Melansir dari IBM, Process modelling atau pemodelan proses adalah proses pembuatan representasi grafis dari proses bisnis atau aliran kerja beserta aktivitas terkait yang terjadi di dalamnya. Melalui penggunaan process modelling, kita dapat membuat diagram atau flowchart yang mendetail untuk memberikan pemahaman tentang berbagai aspek dalam proses bisnis, antara lain:

  1. Peristiwa dan aktivitas: Process modelling menggambarkan peristiwa dan aktivitas yang terjadi dalam aliran kerja. Hal ini membantu untuk memahami urutan langkah-langkah yang dilakukan dalam proses bisnis tersebut.
  2. Penanggung jawab dan inisiasi: Dalam process modelling, kita dapat menentukan siapa yang bertanggung jawab atau memulai setiap peristiwa dan aktivitas dalam aliran kerja. Hal ini membantu untuk memperjelas peran dan tanggung jawab dalam proses bisnis.
  3. Keputusan dan jalur alternatif: Process modelling juga mencakup keputusan yang harus diambil dalam aliran kerja dan jalur alternatif yang dapat diambil berdasarkan hasilnya. Ini membantu dalam pemahaman tentang cabang-cabang yang mungkin terjadi dalam proses bisnis.
  4. Alat yang digunakan: Process modelling mencakup informasi tentang alat atau teknologi yang digunakan dalam proses bisnis. Hal ini membantu untuk memahami bagaimana alat-alat tersebut terintegrasi dalam aliran kerja.
  5. Waktu pelaksanaan: Dalam process modelling, kita dapat menentukan jangka waktu dari keseluruhan proses bisnis dan setiap langkah di dalamnya. Ini membantu dalam perencanaan waktu dan pengaturan prioritas.
  6. Evaluasi keberhasilan dan kegagalan: Process modelling juga dapat memberikan wawasan tentang tingkat keberhasilan dan kegagalan dari proses bisnis. Hal ini membantu untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan atau dioptimalkan.

Pemodelan proses memiliki beberapa tujuan yang berguna dalam pengembangan perangkat lunak dan analisis bisnis. Berikut adalah beberapa tujuan penggunaan model proses:

  1. Memvisualisasikan proses: Model proses membantu tim dalam memvisualisasikan dan memahami berbagai proses yang sedang dibahas. Dengan menggunakan diagram atau flowchart yang disediakan oleh model proses, tim dapat memiliki gambaran yang jelas tentang bagaimana proses berjalan, langkah-langkah yang terlibat, dan interaksi antara elemen-elemen proses.
  2. Meningkatkan kinerja proses: Dengan menganalisis model proses yang ada, tim dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan atau peningkatan kinerja. Model proses membantu dalam mengidentifikasi langkah-langkah yang tidak efisien, redundansi, atau bottleneck dalam proses bisnis, sehingga tim dapat merancang solusi untuk meningkatkan kinerja proses tersebut.
  3. Merancang proses bisnis baru: Model proses juga digunakan untuk merancang proses bisnis yang baru. Dengan memahami proses yang ada dan melihat peluang perbaikan, tim dapat menggunakan model proses sebagai panduan untuk merancang alur kerja yang lebih efisien dan efektif.
  4. Membuat proses berulang: Model proses digunakan untuk membuat proses berulang yang dapat diaplikasikan dalam fungsi bisnis yang sering dilakukan. Dengan menggambarkan alur kerja dalam model proses, proses berulang dapat ditetapkan secara jelas dan dapat dijalankan dengan konsistensi.

Pemodelan proses tidak selalu dilakukan secara manual. Ada algoritma data mining yang menggunakan data log peristiwa untuk membangun model alur kerja secara otomatis. Pendekatan ini memastikan bahwa model proses didasarkan pada data kuantitatif yang objektif dan menggambarkan alur kerja yang sebenarnya.

Pemodelan proses dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti Data Flow Diagram (DFD), Business Process Modelling Notation (BPMN), dan Activity Diagram dalam Unified Modelling Language (UML). Dalam DFD, terdapat dua jenis proses, yaitu Logical DFD yang menggambarkan proses tanpa menentukan bagaimana proses dilakukan, dan Physical DFD yang menggambarkan model proses secara lebih rinci dengan menentukan langkah-langkah yang terlibat.

 

Context Diagram

Context diagram adalah sebuah diagram yang digunakan untuk menggambarkan konteks suatu sistem atau proses. Diagram ini memberikan gambaran visual tentang entitas yang sedang dipelajari, dengan fokus pada interaksinya dengan komponen eksternal yang terkait.

Tujuan dari context diagram adalah untuk memperjelas lingkup sistem atau proses yang sedang dianalisis, memperlihatkan batasan-batasan yang ada, serta menunjukkan hubungan dengan elemen-elemen eksternal seperti pemangku kepentingan atau sistem lainnya. Dalam context diagram, entitas yang sedang dipelajari ditempatkan di tengah diagram, sementara komponen eksternal yang berinteraksi dengan entitas tersebut ditempatkan di sekitarnya.

Study Case 

Pada study case ini , akan dianalisis Proses modelling: Proses Pembayaran Belanja di Transmart dengan Menggunakan aplikasi Allo Bank. 

Berikut merupakan contoh diagram flow dan konteks model Proses Pembayaran Belanja di Transmart Pakai aplikasi Allo Bank


 

DFD level 1



 

REFERENSI

  • https://fajarbaskoro.blogspot.com/2023/04/apsi-process-modelling.html
  • https://badoystudio.com/contoh-dfd/
  • https://glints.com/id/lowongan/process-modelling-adalah/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas 2 System Request

EAS APSI Kelas D

Tugas 1 Sistem Informasi